Calon Mertua : Apa pekerjaanmu wahai anak muda?
Ikhwan : Saya hanya berdagang pak.
Calon Mertua : Berdagang apa?
Ikhwan : Saya tukang sate pak.
Calon Mertua : Tukang sate kok berani melamar anak saya yang sarjana kedokteran!
Ikhwan : Memangnya salah ya pak?
Saya menikah karena menjalankan ibadah dan karena saya memang mencintai anak bapak.
Calon Mertua : Tapi, bagaimana mungkin kamu bisa menghidupi masa depan anak saya?!
Ikhwan : Allah yang memberi rezeki pak, saya hanya berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik.
Calon Mertua : Lalu, apa nanti kata keluarga besar kami jika anak saya menikah dengan seorang tukang sate?
Ikhwan : Kekayaan bukan tanda kemuliaan, kemiskinan bukan petunjuk
kehinaan. Walaupun saat ini saya hanya pedagang sate, setidaknya saya
bisa menghargai hidup ini pak.
Ketimbang jadi orang kaya, tapi ia
lupa akan hakikat dirinya sebagai manusia dan hamba Allah! Dan satu lagi
pak mungkin sekarang hanya tukang sate, tapi saya percaya dan yakin
bahwa nanti saya akan menjadi pengusaha yang sukses dengan isteri saya
yang merupakan motivasi saya untuk menjadi suami yang hebat!
Calon Mertua : Jujur saja, sebenarnya saya enggan menerima kamu! Namun
karena keyakinan dan sikap optimis kamu akan pandangan masa depan saya
cukup salut, masih ada orang seperti kamu mau bekerja keras.
Silakan
jika kamu memang tulus dan sungguh-sungguh untuk meminang anak kami.
Namun ingat, kamu harus mempertanggung-jawabkan setiap perkataan yang
keluar dari lisanmu anak muda.
Ikhwan : Alhamdulillaah, terima
kasih Yaa Allah! terima kasih pak, saya berjanji saya akan berusaha
sebaik mungkin menjaga anak bapak...
Karena tak selamanya kemuliaan dinilai secara materi...
No comments:
Post a Comment